Ketika Manusia Semakin Artificial dan AI Semakin Manusiawi
MENGAPA KITA PUNYA RIBUAN TEMAN ONLINE, TAPI MERASA LEBIH KESEPIAN DARI SEBELUMNYA?
Di saat komunikasi kita dengan sesama manusia semakin dangkal—terjebak dalam pesan templat, komentar hampa, dan basa-basi yang tak bermakna—sebuah entitas tak terduga justru menawarkan 'koneksi' yang terasa lebih dalam: Kecerdasan Buatan.
AI kini telah menjadi pendengar yang sabar, teman curhat yang tak menghakimi, dan bahkan 'pencipta' yang mampu meniru kreativitas. Ia dengan sempurna mengisi kekosongan emosional yang tanpa sadar kita tinggalkan dalam interaksi sehari-hari.
Buku ini adalah sebuah investigasi mendesak ke jantung dilema terbesar zaman kita: dilema autentisitas. Melalui studi kasus yang tajam—dari fenomena silent reader di grup WhatsApp hingga remaja yang lebih nyaman berbicara dengan chatbot—kita diajak untuk melihat cermin yang disodorkan AI:
Apakah kita, manusia, yang kini semakin artifisial?
Jika AI bisa mensimulasikan empati dan kebaikan, apa yang tersisa dari keunikan kita? Ini bukan buku tentang masa depan teknologi. Ini adalah panduan untuk bertahan di masa kini, sebuah peta jalan untuk merebut kembali esensi kita dan menemukan kembali makna menjadi manusia seutuhnya di tengah dunia yang semakin dikendalikan oleh algoritma.
Post a Comment
0 Comments